30 - 11 - 2023

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

00727516
Today
Yesterday
This Week
Last Week
This Month
Last Month
All days
38
41
305
726274
4814
6744
727516
Your IP: 3.239.2.192
Server Time: 2023-11-30 13:34:21
Main Menu
Info
Karmel Stroke Centre membutuhkan tenaga perawat medis
Tempat kami membuka Lowongan perawat medis

KARMEL STROKE CENTRE - IF YOU CARE JUST SHARE

Follow Us

Powered by CoalaWeb
Terbaru
Articles

Ketika tidur, sistem internal di dalam tubuh sibuk memperbaiki diri dan mengisi kembali cadangan energi yang terkuras seharian.

BAGAIMANA CARA ANDA mengelola keuangan bulanan ? Dengan mengelompokkan sesuai pos-pos pengeluaran, dan menyisakan sebagian untuk diinvestasikan agar kondisi keuangan Anda di masa depan selalu 'bugar' ? Tahukah Anda, bahwa selain keuangan, ada pula jenis investasi lain yang perlu Anda lakukan ?

Ya, lakukan 'investasi' untuk kesehatan dalam bentuk tidur. Selain memperoleh tubuh yang sehat, Anda juga bisa menjadi lebih langsing dan awet muda. Tidak percaya ? Buktikan ....

 

 

 

Produksi Hormon 'Awet Muda'

Walau tak tampak secara kasatmata, banyak hal terjadi di dalam tubuh ketika Anda berada di alam mimpi. Menurut dr. Hermawan Suryadi, Sp.S, Ahli saraf dari Karmel Sleep Lab. Disorders Service, ketika tidur, tubuh manusia melakukan proses pengumpulan kembali energi yang hilang. Selain itu, ketika tidur, sistem internal tubuh juga melakukan regenerasi sel yang rusak serta sintesa protein dan hormon.

Hormon yang dihasilkan tubuh sewaktu tidur adalah human growth hormone (HGH), yang juga dikenal sebagai hormon 'awet muda'. HGH membantuk tubuh melakukan peremajaan sel serta mendukung proses pertumbuhan. Karena itu, jangan heran, bila Anda kurang tidur, maka kulit wajah akan tampak sedikit berkerut. Tubuh pun terasa lemas dan tidak segar, lantaran belum cukup mengumpulkan energi cadangan sebagai pengganti energi yang sebelumnya telah 'terkuras' habis.

Selain itu, menurut dr. Hermawan, ketika tidur, otak manusia  juga melakukan proses konsolidasi memori, yang meliputi penataan ingatan serta pengembangan perilaku. Itu sebabnya, apabila kurang tidur, Anda akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam beraktivitas sehari-hari. "Emosi pun menjadi tidak stabil, yang ditandai oleh mudah lupa, mudah marah, depresi, dan lain sebagainya," tutur dr. Hermawan.

Sebuah penelitian yang disebarluaskan dalam pertemuan North American Association for the Study of Obesity baru-baru ini, juga menyatakan adanya kaitan antara tidur dengan obesitas atau kegemukan. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa orang yang tidur kurang dari 4 jam per hari memilki risiko obesitas sebesar 73%, sedangkan orang yang tidur selama 6 jam per hari hanya memiliki kemungkinan obesitas sebesar 23% saja.

Maka itu, jangan salah kaprah bahwa orang yang sering begadang akan memiliki tubuh lebih kurus dibandingkan orang yang cukup tidur. Sebab kurang tidur dapat menurunkan kadar hormon leptin, yang berguna untuk menginstruksikan perasaan 'kenyang' pada otak. Selain itu, kurang tidur juga bisa menurunkan konsentrasi HGH. Padahal, HGH amat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan tubuh melarutkan lemak. "Kalau kurang tidur, otomatis jumlah lemak yang dilarutkan oleh tubuh juga akan menurun. Terlebih bila Anda begadang sambil ngemil. Wah, bisa-bisa kadar lemak dalam tubuh melonjak drastis!" ujar dr. Hermawan.

Kurang Tidur vs Tidur berlebihan

Dalam menjaga kesehatan tubuh, tidur memang menempati posisi penting, seperti halnya makan dan berolahraga. "Bahkan, tidur menempati posisi yang lebih penting daripada makan. Sebab, apabila dipaksa untuk tidak tidur sama sekali, seseorang akan meninggal dalam waktu 3 minggu, meskipun ia diperbolehkan makan dan minum. Sebaliknya, manusia masih dapat bertahan hidup, meski tidak makan selama 3 minggu, namun masih boleh," jelas dr. Hermawan. Lantaran Manfaat tidur yang begitu penting, dr. Hermawan menyarankan agar setiap orang memenuhi kebutuhan tidur sebanyak 6-8 jam per hari.

Masalahnya, sulit rasanya untuk mencuri-curi waktu tidur di sela ritme kehidupan yang begitu padat, terutama di kota-kota besar. Bayangkan saja. Pagi-pagi sekali, Anda harus sudah meninggalkan rumah agar tidak terjebak kemacetan dalam perjalanan menuju kantor. Pulang kerja, Anda masih dihadapkan pada pilihan antara terserang stres lantaran terjebak macet, atau pulang lebih malam untuk menghindari lalu lintas yang padat. Kalau ada sisa waktu di sela kegiatan sehari-hari, tentunya Anda akan memilih memanfaatkannya untuk bercengkerama dengan keluarga atau hang out bersama teman-teman.

Tak mengherankan, sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas of Chicago beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa pada awal abad ke-20, orang bisa menikmati tidur malam selama 9 jam. Namun pada akhir abad ke-20, waktu tidur setiap orang akan menurun jadi tinggal 7 jam saja setiap harinya. Bahkan, pada beberapa orang, untuk dapat tidur selama 7 jam pun rasanya sudah merupakan sebuah kemewahan. Terlebih, bagi mereka yang terserang gangguan tidur seperti insomnia.

Telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap insomnia, penyakit yang oleh WHO digolongkan sebagai Disorder of Initiating and Maintaining Sleep (DIMS). Salah satu di antaranya menyebutkan bahwa jumlah penderita insomnia wanita lebih banyak dua kali lipat dibanding penderita pria. Hal ini salah satunya disebabkan oleh karena wanita rentan kekurangan asupan zat besi. Konsumsi zat besi yang kurang dari 1 mg per hari akan menyebabkan seorang wanita membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa tertidur.

Selain insomnia, ada pula gangguan tidur yang disebut hipersomnia. Kebalikan dari insomnia, pengidap hipersomnia justru terlalu sering terserang kantuk. Penderita hipersomnia biasanya tidur di atas 10 jam per hari. Hipersomnia bisa disebabkan oleh bawaan sejak lahir dan juga oleh Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau gangguan pernapasan di kala tidur. Namun, jangan khawatir. Sebab, kata dr. Hermawan, seperti halnya insomnia, hipersomnia pun bisa diatasi dengan pengobatan yang tepat.

Patuhi 'Jam Tubuh'

Seperti halnya jadwal kerja di kantor, tubuh pun memiliki jadwal tersendiri untuk mengatur waktu tidur dan terjaga seseorang. Setiap orang bisa memiliki saat yang berbeda-beda untuk terlelap dalam tidur. Misalnya, seorang wartawan yang terbiasa bekerja di malam hari, tentunya akan memiliki waktu tidur yang lebih larut dibandingkan karyawan yang memiliki jam kerja nine to five.

Apabila anda telah memiliki waktu tidur tertentu setiap malam, maka usahakanlah untuk selalu mematuhi jadwal tersebut setiap hari. Bila jadwal tersebut dilanggar, tubuh akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi, sehingga dapat mempengaruhi kerja organ tubuh. "Batas toleransi untuk melakukan 'modifikasi' terhadap jam tubuh Anda, maksimal selama 1jam saja. Jadi, apabila Anda telah terbiasa tidur pukul 22.00, maka Anda hanya boleh begadang maksimal sampai pukul 23.00," papar dr. Hermawan.

Demikian pula dengan jadwal bangun tidur di pagi hari. Apabila Anda terbiasa bangun pukul 05.30 setiap pagi, maka di hari libur atau pada saat cuti pun sebaiknya waktu bangun Anda tidak lantas mulur terlalu banyak. Jika ingin tidur lebih lama, maka Anda hanya dianjurkan untuk bangun maksimal pukul 06.30. "Apabila terlalu lama tidur, akibatnya badan Anda akan terasa lemas dan tubuh tidak fit sepanjang hari," ujar dr. Hermawan.

Cara selanjutnya untuk menghindari kesulitan tidur adalah dengan mengontrol asupan makanan sehari-hari. Kurangi konsumsi terong, tomat, dan bayam. Jenis makanan tersebut mengandung tyramine yang meningkatkan terbentuknya zat norepinephrine, yaitu suatu zat yang merupakan stimulan otak. Akibatnya, Anda malah jadi bersemangat sehingga tegangan mata tetap 'tinggi'. Hindari pula rokok dan tembakau. Kelihatannya, merokok memang bisa membuat Anda relaks, namun sebenarnya nikotin merupakan neurostimulant yang menyebabkan Anda sulit tidur.

Karena itu, apabila Anda kesulitan tidur, lebih baik Anda menyeleksi jenis makanan yang dikonsumsi, agar Anda dapat lebih mudah terlelap (lihat artikel makanan pengantar tidur). "Yang tak kalah penting adalah batasi asupan makanan hingga maksimal 2 jam sebelum tidur. Dengan demikian, tubuh Anda akan memiliki waktu yang cukup untuk mencerna makanan. Setelah itu, barulah Anda bisa beristirahat," dr. Hermawan menjelaskan.

Majalah Femina

Ads
Weblinks
Articles Related Items