24 - 09 - 2023

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

00714524
Today
Yesterday
This Week
Last Week
This Month
Last Month
All days
188
179
188
712900
5131
7461
714524
Your IP: 3.214.184.223
Server Time: 2023-09-24 17:18:42

Main Menu
Info
Karmel Stroke Centre

KARMEL STROKE CENTRE - IF YOU CARE JUST SHARE

Follow Us

Powered by CoalaWeb
Terbaru
Articles

Karaoke sudah menjadi bagian dari denyut kehidupan orang Jepang. Karyawan kantoran di mana biasa menghabiskan waktu sepulang kerja dengan berkaraoke. Tujuannya untuk bersosialisasi, melakukan lobi, serta melepas ketegangan sehabis kerja sehari penuh. Ibu-ibu, remaja bahkan mahasiswa juga biasa mengunjungi tempat karaoke untuk bersantai bersama.

Tidak banyak yang tahu kalau karaoke sebetulnya ditemukan oleh seorang dokter di Jepang untuk menterapi para pasiennya. "Dokter ini mencari cara supaya pasien-pasiennya cepat sembuh. Kebetulan ia suka mengutak-atik barang elektronik. Maka terciptalah program karaoke seperti sekarang ini," terang Dr. Hermawan Suryadi, SpS, dokter spesialis saraf dari Karmel Stroke Centre. Pasien jantung dan stroke yang diterapi dengan karaoke ternyata lebih cepat pulih.

Dari Jepang, terapi ini menyebar ke seluruh dunia. Bagian Terapi Rehabilitasi University of Iowa Health Care menyelenggarakan acara karaoke untuk pasien dan keluarganya setiap bulan. Saint Andrew's Community Hospital di Singapura memberi sesi karaoke bagi pasien saraf akut sampai penyakit ortopedik.

Di Jakarta, Dr. Hermawan mengadakan sesi karaoke untuk para pasiennya yang tergabung dalam klub stroke di kliniknya. Klinik Fisioterapi Patra Husada di kawasan kuningan Jakarta juga menyediakan terapi musik untuk pasien stroke. Klinik ini menyediakan seperangkat alat musik untuk dimainkan pasien maupun keluarganya.


Kehilangan Ritmik

Secara fisik pasien stroke tampak kesulitan berjalan atau menggerakkan tangan, karena mereka kehilangan kemampuan fungsi kontrol terhadap anggota tubuhnya. Semua kesulitan itu bukan disebabkan oleh cedera fisik, tetapi karena ada yang rusak pada area di otak yang berfungsi mengontrol bagian tubuh.

Menurut Kathleen Howland, Ph.D. MMM dari New England Conservatory of Music, kerusakan itu membuat otak pasien  stroke kehilangan ritmik Internal yang mengatur anggota gerak.

Ia berpendapat ritme yang didapat dari luar tubuh (eksternal) dapat merehabilitasi pasien. Ritme eksternal ini bisa diperoleh dari mendengarkan musik atau senandung ini. Musik atau senandung ini dapat membantu otak mengenali kembali ritme internal yang ada pada otak sehingga akhirnya pasien mampu berjalan secara normal.

Ritme musik juga dapat membantu menterapi aphasia atau gangguan berbahasa. Pasien stroke kehilangan kapasitas berbicara karena daerah otak yang mengontrol bahasa rusak. Meski tidak dapat bicara, mereka masih bisa menyanyi karena daerah musik pada otak tidak rusak.

Maka Dr. Hermawan mengingatkan bahwa bahasa dan nada berasal dari belahan otak yang berbeda. Belahan otak kiri adalah pusat bahasa, rasio, matematika, kemampuan baca dan tulis, sedangkan belahan otak kanan adalah pusat intuisi dan kemampuan merasakan, memadukan dan ekspresi tubuh seperti menari, menyanyi dan melukis.

Integrasi Saraf

Dengan bantuan seorang terapis, pasien dengan gangguan berbahasa dapat memperbaiki kemampuan bicara melalui menyanyi. Pertama pasien belajar menyanyikan lirik dnegan bantuan instrumen musik. Lagu-lagu yang dinyanyikan berirama tidak terlalu cepat dan syairnya pun sederhana.

Mengapa karaoke ? "Saya menyarankan karaoke karena banyak saraf yang dilibatkan." ujar Dr. Hermawan. Mata menjadi aktif melihat teks lagu untuk mengeluarkan kata-kata dan irama lagu. Selain itu mata juga melihat gambar-gambar yang menarik di layar monitor karaoke. Telinga menjadi aktif karena pasien juga mendengar suaranya sendiri.

"Dengan karaoke saraf mata diintegrasikan dengan saraf bicara. Integrasi saraf ini dikenal sebagai neuro sensory integration. Ini merupakan bagian dari pemulihan atau rehabilitasi untuk penderita stroke." jelasnya. Setelah berlatih karaoke, pasien dapat belajar bernyanyi tanpa bantuan irama musik.

Lagu-lagu yang biasa dinyanyikan pasien umumnya lagu anak-anak yang sederhana, misalnya Burung Kakaktua, Dua Mata Saya, Naik-naik ke puncak gunung, hingga Rayuan pulau kelapa dan sebagainya.

Dokter C for Music and Neurologis Function at Beth Abraham Medical Center, New York menunjukkan data di Amerika Serikat bahwa 25 persen pasien stroke pulih kembali kemampuan bicaranya setelah menjalani program rehabilitasi menyanyi.

Dokter Hermawan pun menemukan bahwa pasien-pasien yang mengikuti sesi stroke lebih bersemangat menjalani perawatan dengan karaoke, sehingga lebih cepat sembuh.

Ia mengamati bahwa karaoke membuat pasien lebih gembira, tenang dan percaya diri, sehingga bermanfaat untuk mendorong motivasinya agar lebih cepat sembuh. Sewaktu berkaraoke pasien berkumpul untuk menyanyi, sehingga mereka secara rutin bertemu sesama pasien.

"Pada tahap akhir penyembuhan pasien stroke harus menjalani resosialisasi atau kembali ke kehidupan keluarga dan masyarakat. Program karaoke ini membuat pasien lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan," tegas Dr. Hermawan.

Elusan Pasangan

Kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berjalan normal tak jarang membuat pasien stroke frustasi. "Karena frustasi pasien yang tadinya pendiam tiba-tiba bisa menjadi pemarah. Mereka butuh kasih sayang dan penerimaan dari orang lain, terlebih dari pasangannya. Dorongan dari pasangan amat diperlukan untuk menyemangati pasien agar rajin menjalani terapi," kata Dr. Hermawan.

Ia menyayangkan pasien yang berhenti menjalani perawatan karena kurang dorongan dari keluarga. "Padahal pasien itu tinggal belajar menggerak-gerakkan jari-jari tangannya," tambahnya.

Karaoke akan lebih manjur

Ads
Weblinks
Articles Related Items