- Details
-
Written by Administrator
-
Hits: 5842
Sangat mudah dan menyenangkan, begitulah terapi musik yang dirasakan penderita stroke.
Siapa yang tidak suka musik ? Musik memang banyak dicintai orang, baik dari kalangan atas hingga masyarakat kecil. Hampir semua orang menyukainya, karena sifatnya yang menghibur itu dapat membuat Anda lebih rileks.
Bahkan, jenis musik tertentu telah dimanfaatkan untuk beberapa terapi, salah satunya adalah terapi musik klasik yang dihubungkan dengan peningkatan inteligensi anak. Tak hanya itu, musik ternyata juga dapat berperan dalam pemulihan stroke. Dikatakan oleh Dr. Hermawan Suryadi, SpS, musik dapat digunakan untuk terapi pasca stroke akut.
Sudah Diakui Sejak Dulu
Ditegaskan oleh Dr. Hermawan, terapi musik sudah dikenal dari jaman dulu. Awal 60-an di Jepang sudah dikenalkan dengan terapi karaoke bagi penderita stroke, dimana lagunya diciptakan oleh dokternya. Hal tersebut ternyata terbukti telah mampu mempercepat penyembuhan.
Sementara di Indonesia, terapi musik merupakan pengaruh dari era globalisasi." Jadi apa yang baik dan bermanfaat, tentunya akan diadopsi," jelasnya. Terapi musik yang pertama kali diadopsi oleh Indonesia adalah terapi dengan harmonika. Terapi itu pertama kali dikembangkan di Jepang.
Waktu Tepat Main Musik
Lantas, kapan waktu tepat untuk main musik bagi penderita stroke ? Menurut penjelasan Dr. Hermawan, terapi musik sebagai terapi tambahan sudah mulai dapat diberikan setelah melalui masa akut." Stroke pada masa akut akan diberikan terapi utama dan awal, yaitu dengan obat, infus dan lainnya secara medis sesuai dengan kondisi pasien," katanya.
Setelah beberapa minggu, biasanya pasien sudah dapat masuk pada tahap rehabilitasi dini. Bahkan dikatakan Dr. Hermawan bahwa pasien dengan gangguan stroke ringan dapat masuk tahap rehabilitasi dini setelah 4-5 hari masa akut. Pada tahap rehabilitasi tersebut, ditegaskan Dr. Hermawan, pasien memerlukan fisioterapi (terapi bicara, berjalan dan lain-lain) serta terapi tambahan, yaitu terapi musik untuk mempercepat pengembalian penderita pasca stroke dari kecacatan baik dari motorik (lumpuh, gangguan keseimbangan, tidak bisa bicara, gangguan penglihatan), kognitif/gangguan memori dan emosi.
Musik Angklung, Gampang dan Menyenangkan
Untuk terapi stroke, Dr. Hermawan lebih memilih alat musik angklung sebagai terapinya."Lebih ringan, mudah dan sederhana karena hanya menggerakkan tangan untuk satu tangga nada," jelasnya. Namun demikian, alat musik angklung diyakinkan Dr. Hermawan mampu melatih lebih dari satu saraf dari organ tubuh yang cacat untuk saling berintegrasi.
Dengan bermain musik angklung, banyak organ tubuh yang dilibatkan."Untuk satu tangga nada, pasien sudah melatih saraf motorik (melatih gerak tangan)," jelasnya. Mata juga menjadi aktif melihat teks lagu untuk mengeluarkan kata-kata dan irama lagu. Bahkan, telinga pun menjadi aktif karena pasien mendengar suaranya sendiri. Selain itu, pasien dengan gangguan berbahasa juga dapat memperbaiki kemampuan bicara melalui menyanyi."Pertama pasien belajar menyanyikan lirik dengan bantuan instrumen musik dan lagu yang dinyanyikan berirama tidak terlalu cepat dengan syair yang sederhana." paparnya.
Motivasi Antar Pasien Stroke
Dr. Hermawan menemukan, pasien-pasien lebih cepat sembuh dengan klub terapi musik angklung. Selain membuat senang, tenang dan percaya diri, mereka juga saling memotivasi satu sama lainnya. "Apa yang dikatakan oleh sesama penderita stroke melalui cerita-cerita, biasanya akan memberikan motivasi yang lebih besar dibandingkan nasehat dokter atau keluarga," katanya. Bahkan, dikatakan Dr. Hermawan kemampuan bermain musik, membuat pasien lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Harus Rajin Latihan Sendiri
Saat ini, Dr. Hermawan mengembangkan perawatan pasien stroke dengan sistem sekolah, di mana pasien bersikap aktif dalam menjalani perawatan. Keluarga pasien juga dilibatkan dalam sistem ini."Keluarga tetap berperan penting, perhatian dan dukungan mereka akan membantu sekali dalam pemulihannya," tegasnya.
Pasien yang ingin cepat sembuh, dikatakan oleh Dr. Hermawan harus rajin berlatih di rumah. Seperti sistem sekolah yang memberi banyak PR, semakin banyak mengerjakan PR, siswa akan semakin pandai. "Di klinik, kami hanya memberi contoh latihan senam dan bermain angklung bersama. Mereka sendiri yang harus banyak berlatih di rumah," tegasnya. Bahkan, pasien stroke juga memiliki buku yang mencatat kemajuan latihan setiap hari. Buku ini akan dievaluasi oleh dokter atau fisioterapi untuk memantau kemajuan terapi.
Majalah Dokter kita