19 - 04 - 2024

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

00760128
Today
Yesterday
This Week
Last Week
This Month
Last Month
All days
19
322
2937
755726
5679
7210
760128
Your IP: 3.15.225.173
Server Time: 2024-04-19 00:47:40
Main Menu
Info
Karmel Stroke Centre membutuhkan tenaga perawat medis
Tempat kami membuka Lowongan perawat medis

KARMEL STROKE CENTRE - IF YOU CARE JUST SHARE

Follow Us

Powered by CoalaWeb
Terbaru
Articles

Pernahkah terpikir oleh kita bahwa tabiat kondektur dan sopir bus kota yang temperamental kemungkinan karena seringnya ia terpapar zat timbal ?

Timbal memang dapat berefek negatif pada emosi seseorang terutama pada kaum pria. Paparan timbal dalam waktu yang lama dengan jumlah yang tinggi akan membuat emosi mereka menjadi tidak stabil dan tekanan darahnya meningkat, kata Hermawan Suryadi, dokter ahli saraf di Karmel Stroke Centre dan Revitalisasi, kemanggisan, Jakarta Barat.

"Sebenarnya tidak ada aspek jender dalam hal pengaruh timbal ke emosi seseorang. Jadi, bisa saja kalau ada sopir bus yang kebetulan perempuan, emosinya bisa juga jadi tidak stabil karena keracunan timbal," jelasnya.

Karena profesi seperti polisi lalu lintas, petugas pom bensin, sopir bus, kebanyakan berjenis kelamin pria, kata dia, membuat mereka lebih berisiko ketimbang perempuan.

Syafei Kadarusman, Ketua Lembaga Konsumen Hijau Indonesia (Lemkohi) mengatakan bahwa efek yang ditimbulkan oleh timbal berpengaruh sangat besar bagi kesehatan seseorang.

Menurut Syafei, sangatlah wajar jika emosi para sopir dan kondektur bus kota menjadi tidak stabil. Sebab, selama mereka bekerja, paparan timbal dengan konsentrasi tinggi tak terelakan. Tingkat konsentrasi timbal tertinggi ditemukan di terminal-terminal bus dan jalan raya.

"Adanya timbal di udara memang berefek tinggi pada bapak-bapak polisi lalu lintas dan para sopir bus. Karena mereka lebih banyak yang terekspos molekul timbal tersebut. Dampaknya, lama-kelamaan mereka akan mengalami gangguan kesehatan, salah satunya adalah gangguan sistem syaraf," ujar Hermawan.

Timbal merupakan senyawa yang dapat bersifat neruotoksik yaitu senyawa yang berbahaya bagi saraf dan hepatotoksik yaitu senyawa yang berbahaya bagi hepar *hati), serta karsinogenik yaitu senyawa yang mampu menimbulkan kanker.

Lebih lanjut Hermawan menjelaskan, ada keterkaitan antara timbal dengan perilaku seseorang atau emosionalnya karena timbal sangat berpengaruh pada kesehatan sel-sel saraf. "Timbal dapat berpengaruh pada dua hal di sistem saraf yaitu memengaruhi emosional dan neurobehaviour seseorang. Pengaruh inilah yang akhirnya mampu menyebabkan seseorang yang telah terekspos timbal dalam jangka waktu yang lama akan berperilaku mudah marah, emosi tidak terkendali, sering panik, cemas, dan sering mengalami kejang-kejang serta kram," jelasnya.

Namun, bagaimana timbal dapat merusak sel-sel saraf yang berperang penting dalam menyampaikan informasi dari seluruh sel-sel di tubuh ke sel-sel di otak ? "Timbal yang telah masuk ke dalam tubuh, secara perlahan akan mengganggu proses uptake senyawa kalsium oleh sel-sel saraf yang pada akhirnya akan mengganggu seluruh kinerja dari saraf tersebut," tutur Dr. Hermawan.

Efek timbal lainnya jika masuk hingga ke dalam darah, berdasarkan penelitian berbagai LSM dan perguruan tinggi di jakarta yang dilakukan pada sejumlah polisi lalu lintas, menunjukkan adanya kecenderungan mereka mengalami gangguan sistem reproduksi, seperti kemandulan. Hal ini sebagai akibat sperma mereka terkontaminasi timbal.

Selain itu, timbal juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak-anak dan kemampuan belajarnya. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya penurunan tingkat IQ, kelambanan pertumbuhan dan munculnya autisme pada anak jika selama dalam kandungan ibu banyak terpapar timbal.

 

"Timbal dapat berpengaruh pada dua hal dalam sistem saraf yaitu mempengaruhi emosional dan neurobehavior seseorang." Dr. Hermawan Suryadi

 

Timbal dapat pula menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan saraf dan keguguran kandungan.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, telah menetapkan ambang batas timbal sebesar 0.5 - 1,1μg permeter kubik. Meskipun pada perkembangan terakhir dinyatakan tidak ada ambang batas timbal yang rendah. Sehingga kesimpulannya timbal tetap harus dilenyapkan karena mampu mengganggu kesehatan sekalipun dalam konsentrasi kecil.

Timbal (Plumbum = Pb) yang terhirup oleh kita, para pengguna jalan, menurut Ulfah Trifani, salah satu staf peneliti Balai pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), molekulnya yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk yaitu yang berbentuk gas dan partikel-partikel.

Kebanyakan gas tersebut berasal dari pembakaran aditif bensin kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil Pb.

Sedangkan partikel Pb yang kita hirup di jalanan merupakan timbal dalam bentuk partikel-partikel halus hasil dari pembakaran bensin bertimbal. Timbal tersebut akan tetap berada di udara dalam beberapa minggu, sebelum pada akhirnya akan mengendap di permukaan tanah. Itu pun hanya 40 persen dari total timbal di udara dalam jarak 100 meter dari permukaan jalan. Sebanyak 45 persen akan mengendap pada jarak 20 kilometer dari permukaan, 10 persen mengendap dalam jarak 20 - 200 kilometer dan sisanya (35 persen) akan tetap di atmosfer.

Jika partikel-partikel halus tersebut masuk ke dalam paru-paru dan diserap ke dalam darah, maka secara otomatis timbal tersebut akan terakumulasi di otak. Akibatnya lama-kelamaan tingkat timbal akan semakin meningkat dan mengganggu kinerja sel-sel otak.

"Ukuran partikel timbal kurang lebih dari 2,5 mikron, sehingga akan sangat mudah masuk ke dalam saluran pernapasan. Meskipun kita telah berusaha melakukan pencegahan dengan memakai masker, tetap saja tidak bisa menyaring keseluruhan partikel timbal yang berterbangan di jalanan," jelas Driejana, Ph.D, staf pengajar di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, pada acara pelatihan jurnalisme lingkungan di Depok UI, pada tanggal 8 - 11 September lalu.

Gangguan lainnya adalah pada sistem saraf, baik sistem saraf pusat maupun tepi. Akibat adanya gangguan ini muncul depresi, kehilangan kesadaran diri, emosi yang tidak stabil dan gangguan saraf lainnya.

Emosi yang tak stabil sering memunculkan amarah. Menurut ilmu psikologi, marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi. Selain itu juga dibarengi adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat, yang biasanya disebabkan adanya suatu hal yang tak beres. Ketidakberesan tersebut mungkin saja memang nyata-nyata ada yang salah, tapi bisa juga tidak jelas benar apa sebenarnya yang membuat mereka marah.

Kala perasaan marah timbul, lalu muncul pula keinginan untuk menyerang, meninju, menghancurkan atau melemparkan sesuatu. Tidak jarang pula akan menimbulkan pikiran yang kejam. Biasanya akibatnya akan semakin parah ketika amarah tersebut tidak tersalurkan, salah satunya akan timbul perilaku agresi.

 

Jurnal Nasional (Jurnal Kesehatan)

Suci Dian Hayati

Ads
Weblinks
Articles Related Items